Salah satu kesenian tradisional yang masih bertahan hingga saat ini di Kabupaten Rembang adalah Kesenian Jedor. Kesenian ini tersebar di berbagai wilayah Jawa, khususnya Jawa Tengah. Jedor merupakan sebuah alat musik tradisional yang berbentuk seperti bedug namun berukuran kecil. Berbeda dengan bedug, jedor ini memiliki penyetel sendiri untuk kekencangan kulit hewan pada kedua sisinya dengan menggunakan besi yang ujungnya berulir. Kesenian Jedor merupakan salah satu kesenian berbentuk pertunjukan dengan menggunakan alat musik jedor sebagai ciri khas utamanya. Alat musik yang digunakan yaitu dengan memadukan suara dari alat musik kompang dan bedug atau masyarakat menyebutnya dengan Jedor. Lagu yang digunakan dalam Kesenian Jedor merupakan lagu-lagu sholawat dengan langgam yang khas.

Saat ini Kesenian Jedor sudah sangat jarang ditemui. Salah satu daerah yang masih dapat dijumpai kesenian Jedor adalah di Desa Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang yang sudah ada sejak lama, namun keberadaannya hampir tenggelam karena sulitnya mencari pemain dan kurangnya semangat melestarikan kesenian itu sendiri. Oleh karena itu, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan memandang perlu menelusuri keberadaan kesenian Jedoran di Desa Bonang.

Berdasarkan wawancara dengan Mbah Sumar (pegiat jedor Bonang) pada tanggal 27 September 2022, jedoran Bonang ini dimainkan dengan alat rebana sederhana yang terdiri dari delapan(8) alat terbang dan 1 jedor besar. Kesenian jedoran yang kental dengan nuansa keislaman ini awalnya merupakan tembangan silat kejawen. Musik dari jedoran ini digunakan sebagai pengiring setiap gerakan silat. Namun seiring perkembangan zaman fungsi dari musik jedoran ini berubah. Pada generasi kedua (Mbah Wiro), kesenian jedoran ini berubah menjadi musik pengiring pengantin. Dalam prosesinya, jedoran membawa dua (2) tombak ules dan payung pengantin. Sebelum memasuki rumah mempelai wanita, terlebih dahulu mempelai pria diarak dari jalan hingga masuk ke rumah mempelai wanita.

Seni Jedoran Bonang mirip seni jedoran pada umumnya. Lantunan syair – syair lagunya berisi kidung Jawa, menonjolkan makna hitungan hari dan pasaran Legi, Paing, Pon, Wage, Kliwon. Kemudian diselingi dengan lirik tembang bernafaskan Islam, sehingga ada perpaduan antara budaya Jawa dengan Islam. Iringan dari musik jedoran ini memiliki keunikan tersendiri yang tidak dapat ditemukan di musik rebana pada umumnya. Berbagai jenis ketukan/pukulan dari jedoran ini di antaranya thang kerep (kenthang kerep), thang arang, duduq kerep, duduq arang, dumcik dan salahan.

Mbah Sumar merasa bahwa kesenian jedoran ini wajib dilestarikan, namun kesulitannya adalah mencari penabuh dalam jumlah yang lengkap (9 orang). Karena jedoran Bonang ini khas dengan tembang sholawat dan kidung jawa, maka kebanyakan penabuhnya pun umumnya terdiri dari para laki-laki paruh baya, sehingga lumrah jika generasi muda sekarang ini kurang memiliki minat terhadap Seni Jedoran.

Berdasarkan kondisi tersebut, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Rembang berencana menampilkan kembali Kesenian Jedoran Bonang ini dalam event-event yang diselenggarakan oleh Dinas. Lebih lanjut Dinarpus Rembang akan menelusuri keunikan kesenian jedoran ini karena berdasarkan informasi kesenian jedoran tidak hanya ditemukan di Bonang saja, akan tetapi masih bisa ditemukan dan eksis di wilayah Rembang lainnya.

https://youtu.be/hhA451EsJPc