Menulis bagi beberapa orang mungkin merupakan sesuatu yang sulit. Tapi siapa sangka kalau menulis bagi beberapa orang juga merupakan sebuah hobby. Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Rembang pada hari Kamis, 23 Juni 2022 mengikuti Zoom dengan tema Bincang Kepenulisan bersama Penulis Muda yang diselenggarakan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah dengan Narasumber Tanti Arisha dan Tiyar Sri Widayanti yang merupakan penulis muda dengan segudang prestasi.

Menulis adalah suatu kegiatan yang membutuhkan ide. Apa itu ide? Menurut KBBI, Ide adalah rancangan yang telah tersusun di dalam pikiran, gagasan dan cita-cita. Lalu, bagaimana cara memunculkan ide? Ide bisa berasal dari pengalaman pribadi, hobby,membaca buku ataupun kejadian-kejadian yang ada di lingkungan sekitar. Sebagai contoh, seseorang yang baru saja merasakan putus cinta. Sakit hati dan kekecewaan yang begitu dalam membuatnya ingin menuangkan apa yang dirasakannya ke dalam bentuk tulisan, atau contoh lain seseorang yang suka memasak. Hasil masakan yang dipuji banyak orang dan sudah dikenal dalam lingkungan keluarga mempunyai cita rasa yang berbeda, unik dan khas membuatnya terinspirasi untuk membagikan resep-resepnya kepada khalayak dalam bentuk tulisan. Naskah yang berupa tulisan tersebut dapat dikirimkan ke penerbit untuk bisa di publish dalam bentuk buku.Contoh yang lain juga bisa berasal dari kejadian yang ada di lingkungan sekitar. Dari televisi misalnya. Banyaknya kasus kekerasan anak di bawah umur membuat hati seseorang tergerak untuk membuat tulisan yang memuat tentang dampak kekerasan kepada anak, trauma yang akan timbul dan tentunya tidak lupa menyampaikan pesan moral ke dalam tulisan itu. Tulisan tersebut bisa di publish di koran atau majalah. Kalau kata Kak Tiyar Sri Widanti “Healing yang paling mudah, healing yang paling murah dan healing yang paling tidak membutuhkan biaya banyak, tidak harus kemana-mana itu menulis.”

Lalu, ke mana naskah kita nantinya? Ada dua jenis penerbit yang akan membantu kita untuk menerbitkan naskah. Pertama yaitu Penerbit Indie (Self Publishing) dan kedua Penerbit Mayor. Berikut penjelasan Kak Tanti Arisha terkait perbedaan antara Penerbit Indie (Self Publishing) dan Penerbit Mayor:

Penerbit Indie (Self Publishing):

  1. Berbayar (Biaya Penerbitan ditanggung Penulis)
  2. Naskah dipasarkan secara mandiri (online maupun offline) tidak melalui toko buku Gramedia, Toga Mas, dll
  3. Semua orang bisa masuk (tanpa adanya seleksi yang ketat)
  4. Proses penerbitan relatif cepat (biasanya hanya hitungan bulan).

Penerbit Mayor:

  1. Penulis dibayar (Biaya Penerbitan ditanggung penerbit. Penulis tidak mengeluarkan dana. Penulis dibayar atas hasil karyanya. Bisa berupa royalty ataupun jual putus)
  2. Buku dipasarkan oleh marketing professional (masuk jaringan toko Gramedia, Toga Mas, dan jaringan toko buku di seluruh Indonesia)
  3. Naskah yang masuk akan diseleksi ketat dari segi kelayakan dan nilai jualnya
  4. Proses penerbitan cenderung lama (Bergantung kebutuhan dan prospek pasar dari masing-masing penerbit).

Selanjutnya, hindari untuk mengirim naskah yang sama ke lebih dari satu penerbit karena naskah yang sama tidak bisa diterbitkan di dua penerbit yang berbeda. Lebih baik menunggu penilaian dari penerbit pertama. Apabila naskah ditolak baru mencoba ke penerbit yang lain. Mengirim naskah ke penerbit juga harus menyesuaikan dengan jenis naskah kita. Untuk lebih jelasnya bisa dilakukan pengecekan di website atau media social masing-masing penerbit.             Pada intinya siapapun bisa menjadi seorang penulis. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memulai. Memulai menulis apa yang ada di pikiran bukan hanya angan-angan saja. Seiring berjalannya waktu kita bisa belajar bagaimana aturan-aturan penulisan yang baik dan benar. Maka dari itu yuk mulai menulis!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *